Rabu, 20 Juli 2016

Dinas Sosial Palembang Optimalkan Lima Panti Asuhan

alembang, Jubi – Dinas Sosial Kota Palembang, Sumatera Selatan, berupaya mengoptimalkan pemanfaatan lima panti asuhan yang dimiliki sekarang ini untuk menampung, mendidik, dan memelihara anak-anak yatim, yatim piatu, serta anak telantar.
“Panti asuhan di kota ini jumlahnya terus mengalami penurunan, untuk mencegah timbulnya masalah sosial perlu dioptimalkan panti asuhan milik pemerintah daerah,” kata Kepala Dinas Sosial Palembang Faisal AR, di Palembang, Kamis (14/7/2016).
Dia menjelaskan, panti asuhan atau lembaga sosial nirlaba yang didirikan oleh masyarakat sekarang ini jumlahnya mengalami penurunan drastis.
Berdasarkan data pada Juli 2016 ini tercatat 86 panti asuhan yang memiliki izin resmi operasional, padahal beberapa tahun sebelumnya jumlahnya mencapai 200 unit.
Selain mengoptimalkan panti asuhan yang dikelola Dinas Sosial, pihaknya juga berupaya mendukung dan membina panti asuhan yang hingga saat ini masih beroperasi menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sesuai ketentuan, panti asuhan diberikan izin operasi jika memiliki anak yang diasuh minimal 15 orang, memiliki tempat dan lokasi panti asuhan yang jelas, dan memiliki sumber penghasilan untuk mendukung operasional, katanya.
Menurut dia, untuk mendukung dan melakukan pembinaan terhadap panti asuhan, pihaknya secara rutin menurunkan tim pengawas ke lapangan.
“Setiap tiga bulan sekali, tim Dinas Sosial Palembang diturunkan ke lapangan untuk melihat secara langsung kegiatan di panti asuhan,” ujarnya.
Jika dalam kegiatan pengecekan rutin itu ditemukan pengurus panti asuhan tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku, pihaknya akan memberikan pembinaan dan kesempatan untuk memperbaikinya.(*)

Papua Barat Diminta Kendalikan Defisit Anggaran

Manokwari, Jubi – Pemerintah Provinsi Papua Barat dan kabupaten/kota di daerah tersebut diminta untuk mengendalikan defisit anggaran daerah.
Direktur Jendral Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri Reydonnyzar Moenek pada rapat koordinasi teknis keuangan se-Papua Barat di Manokwari, Kamis (14/7/2016) mengatakan dana perimbangan yang akan dikucurkan pemerintah pusat ke daerah tahun depan diprediksi menurun.
Menurut dia, daerah tidak boleh melakukan over ekspetasi dalam belanja daerah ditengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini baru 5,3 persen. Disisi lain pemerintah saat ini sedang mengalami devisit anggaran sebesar 2,15 persen.
“Dana bagi hasil sudah pasti akan mengalami penurunan. Menyusul devisit anggaran 2,15 persen tersebut, pemerintah pusat harus bersusah payah untuk menutupi sebesar Rp.90 triliun anggaran,” katanya seperti ditulis Antara, Kamis.
Untuk menutup kekurangan anggaran itu, kata dia, pemerintah memangkas sebesar Rp.50 triliun anggaran pada Kementerian lembaga dan Rp.40 triliun sisanya diperoleh melalui pinjaman luar negeri.
Dia menyebutkan, pendapatan dari sektor pajak tahun ini mengalami penurunan. Pada sisi lain, harga minyak mentah belum stabil.
Reydonnyzar berharap pemerintah daerah melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran DPR Papua Barat dan kabupaten/kota, memperhatikan kondisi tersebut dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) masing-masing.
Pihaknya pun menekankan pemerintah daerah berupaya untuk menekan anggaran belanja pegawai. Sebaliknya belanja modal baik berupa barang maupun jaya harus ditingkatkan.
Reydonnyzar mengapresiasi pemerintah provinsi Papua Barat, karena terus berupaya untuk meningkatkan belanja modal. Hal ini sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah.(*)

LSM Taiwan Dorong Organisasi TKI Cegah Kekerasan

Taipei, Jubi – Lembaga swadaya masyarakat di Taiwan mendorong sejumlah organisasi yang dibentuk para tenaga kerja Indonesia untuk tidak melakukan tindak kekerasan yang merugikan diri sendiri dan mengganggu ketertiban umum.
“Seharusnya organisasi yang dibentuk para TKI di Taiwan punya tujuan pemberdayaan dan mengedepankan hal positif bagi TKI itu. Bukan malah sebaliknya,” kata Direktur Global Worker’s Organization (GWO) Karen Hsu di Taipei, Minggu (17/7/2016).
Pimpinan lembaga non pemerintah yang membidangi persoalan pekerja asing di Taiwan itu prihatin atas aksi tawuran antar-TKI yang terjadi di luar arena halal bi halal para TKI di Kota Taichung, Minggu (10/7) lalu.
Akibat insiden kekerasan tersebut, sejumlah TKI mengalami luka-luka dan harus menjalani perawatan di rumah sakit di kota terbesar ketiga di Taiwan itu.
Karen menduga ada pihak-pihak yang menyalahgunakan tujuan dari pembentukan organisasi di Taiwan.
Menurut dia, longgarnya peraturan di Taiwan terhadap pembentukan organisasi atau lembaga yang dihimpun warga asing tersebut, akan mempengaruhi pencitraan masyarakat Indonesia di negara lain.
“Perwakilan pemerintah Indonesia di sini seharusnya aktif melakukan pembinaan terhadap TKI supaya tidak melakukan hal-hal negatif yang justru merugikan diri mereka sendiri,” kata mantan jurnalis kelahiran Kaohsiung, Taiwan itu.
Beberapa kali Karen juga mengimbau para TKI untuk menghindari minuman keras yang sebenarnya dilarang di negara asal mereka.
“Bukankah di negara kalian, minum minuman keras itu dilarang dan melanggar aturan agama? Seharusnya di sini kalian juga tidak melakukannya,” kata perempuan yang sudah beberapa kali mendatangi daerah-daerah kantong TKI di Pulau Jawa itu.
Sementara itu, hingga hari ke-11 bulan Syawal atau H+11 Lebaran, beberapa organisasi TKI masih menggelar acara halal bi halal.(*)

Dewan: Pembangunan Paralel Jembatan Akan Dipercepat

Pontianak, Jubi – Ketua DPRD Kota Pontianak, Satarudin, mengatakan pihaknya akan mendorong percepatan pembangunan paralel Jembatan Landak untuk atasi  kemacetan di jembatan itu yang saat ini sudah masuk tahap perencanaan.
“Tahun ini mulai dianggarkan, Insya Allah tahun depan sudah bisa dimulai pembangunannya,” kata Satarudin di Pontianak, Minggu (17/7/2016).
Ia menjelaskan, pihaknya siap membantu pemerintah, dengan cara mendorong penganggaran dalam APBD Pemkot Pontianak.
“Kalau memang memungkinkan, secepatnya pembangunan Jembatan Landak bisa dilakukan, begitu juga pembangunan paralel Jembatan Kapuas I,” ungkapnya.
Ketua DPRD Kota Pontianak menambahkan, dalam mengatasi kemacetan di jalan-jalan protokol Pontianak, pihaknya mendukung upaya penertiban yang dilakukan Pemkot.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menyatakan, pihaknya akan menerapkan pengaturan jam operasional terhadap kendaraan-kendaraan besar untuk menekan tingkat kemacetan di kota itu.
Dia menjelaskan pengaturan jam operasional terhadap kendaraan besar tersebut adalah solusi mengatasi kemacetan jangka pendek di jalan-jalan protokol di Kota Pontianak.
Kemacetan saat ini sering terjadi di Kota Pontianak terutama pada Jembatan Kapuas I dan Jembatan Landak yang kapasitas jalannya kecil namun jumlah kendaraan sangat banyak.
“Kemacetan pada titik-titik tertentu juga sangat dipengaruhi oleh terbaginya Kota Pontianak oleh sungai, sehingga menyebabkan terputusnya sirkulasi pergerakan masyarakat, itulah yang mendesak untuk dibangunnya Jembatan Kapuas III,” ujarnya.
Pembangunan Jembatan Kapuas III akan menambah jalan penghubung, sehingga konsentrasi kendaraan akan terpecah, tidak menyatu pada satu jalur seperti sekarang di Jalan Paralel Jembatan Kapuas I hingga Jembatan Landak, kata Edi.
“Untuk jangka panjang, mudah-mudahan tahun 2017, Jembatan Kapuas III akan segera dibangun, karena dananya menggunakan APBN pusat, yang tahun ini baru masuk perencanaan,” kata dia.(*)

Aksi Aparat Terhadap Mahasiswa Papua Di Yogyakarta, Perburuk Wajah NKRI

Jayapura, Jubi – Indonesia bukan negara kekuasaan, melainkan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Hal ini tegas dinyatakan dan dijamin oleh konstitusi, serta dituangkan dalam UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum.
Demikian pernyataan bersama antara Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta bersama Gema Demokrasi yang terdiri dari puluhan organisasi masyarakat sipil, Sabtu (16/7), mengecam aksi brutal dan anti demokrasi yang dilakukan oleh aparat Kepolisian RI di asrama mahasiswa Papua, Kemasan, Yogyakarta, 15 hingga 16 Juli 2016.
Di dalam siaran pers yang diterima Jubi, Minggu (17/07/2016), mereka menegaskan bahwa tindakan aparat Kepolisian D.I.Y. Yogyakarta, di bawah komando Kapolda Brigjen Pol. Prasta Wahyu Hidayat, mengepung asrama mahasiswa Papua di Yogyakarta untuk mencegah pelaksanaan aksi long march, menyemprotkan gas air mata, menyita beberapa sepeda motor, melakukan penangkapan sewenang-wenang, dan melakukan pemukulan, adalah  bentuk brutalitas dan diduga sebagai tindakan penggerogotan negara hukum (Rule of Law) dan iklim demokrasi di Indonesia.
Tindakan represif kepolisian tersebut menyusul rencana Persatuan  Rakyat  untuk  Pembebasan  Papua  Barat  (PRPPB) mengadakan  mengadakan  long  march  dari  Asrama  Mahasiswa  Papua  Kamasan  I  (Jl. Kusumanegara) menuju Titik Nol KM, pada 15 Juli 2016.
Di dalam rilisnya, PPRB menyatakan, Long March diadakan dalam rangka member dukungan  pada  ULMWP  untuk  menjadi  anggota  penuh  MSG,  serta  memperjuangkan  hak  menentukan nasib sendiri rakyat Papua Barat.
Namun pada tanggal 13 Juli surat pemberitahuan PRPPB bernomor 05/PRPPB/2016 tertanggal 12 Juli 2016 ditanggapi dengan penolakan oleh Poresta Yogyakarta melalui Kasat Intelkam, Kompol Wahyu Dwi Nugroho. Alasan penolakan disebutkan bahwa “surat pemberitahuan harus diantar 7 hari sebelum diadakannya kegiatan”.
Menurut Jefry Wenda, Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), yang merupakan elemen pendukung PPRB, “rencana aksi damai ini lalu mendapatkan ancaman dari aparat kepolisian dan kelompok reaksioner. Sejak Kamis (14/7/2016) sore SMS bernada mengancam berdatangan, dengan menyebutkan “kafir dan antek-antek separatis kepada AMP,” ujarnya.
Jefri menjelaskan, broadcast pesan singkat terus berdatangan hingga Jumat (15/7/2016) dini hari mengatasnamakan elemen Muslim Yogyakarta, FKPPI, dan Panglima Laskar Jogja.
Represi dan ucapan rasialis
Di dalam kronologi peristiwa, PPRB menjelaskan bahwa pada pagi harinya (15/7/2016) aparat kepolisian bersenjata lengkap beserta kendaraan barakuda dan motor-motor trail mulai mengepung asrama mahasiswa. Disusul oleh organisasi-organisasi seperti Paksi Katon, Laskar Jogja, Pemuda Pancasila, dan FKPPI.
“Mereka meneriakkan kata-kata kasar dan rasialis kepada mahasiswa yang terkurung di dalam asrama”, demikian rilis tersebut.  Jalan Raya Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I Jalan Kusumanegara 93, Yogyakarata,  diblokir, pintu gerbang asrama digedor-gedor, polisi berpakaian  preman  menyetop,  menyita  sepeda  motor  mereka.
Dilansir CNN Indonesia, Minggu (17/7/2016) ada sekitar 100 orang massa dari 4 ormas yang berjaga di depan asrama. Tak cuma para polisi yang bersenjata, tapi juga anggota ormas. “Mereka membawa kayu, linggis, dan benda-benda tajam lain,” kata seorang mahasiswa Papua di Yogya yang meminta namanya tak disebut, karena alasan keamanan.
Menurut laporan CNN tersebut, para mahasiswa Papua yang berada di dalam asrama merasa gusar dan sakit hati karena berbagai bahasa yang dikeluarkan dengan nada rasialis dan menghina: “Sungguh, mereka katakan, teriakkan itu di depan saya punya mata dan telinga, kepada kami –mahasiswa Papua, masyarakat Papua.”
Aparat Kepolisian yang berjaga di sekeliling asrama mendiamkan saja perilaku rasis tersebut. Ketika itu jumlah polisi tak kalah banyak. Salah seorang warga Yogya, Kindarto Boti, mengatakan Kepolisian mengerahkan pasukan sekitar tiga sampai empat truk. Warga lainnya berkata, para polisi datang bersenjata lengkap, bak hendak menangkap terroris.
Menurut Roy Karoba, aktivis Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang ikut terkurung di dalam Asrama Kemasan Yogjakarta, kepada Jubi, Jumat malam (15/7/2016), mereka sampai tidak bisa keluar untuk membeli makanan. “Kami kelaparan ini, haus juga. Tidak bisa keluar untuk cari makan, mereka berjaga banyak, yang keluar ditangkap, yang antar makanan saja susah masuk.”
Hingga malam hari pengepungan masih berlanjut. Solidaritas bahan makanan untuk para mahasiswa yang terkurung di dalam asrama disalurkan lewat Palang Merah Indonesia (PMI). Namun ambulans PMI yang membawa makanan ke asrama, batal menurunkan logistik setelah dicegat polisi.
Makanan baru bisa masuk ke asrama mahasiswa Papua pukul 21.00 WIB. “Saya kirim jelang tengah malam karena sore belum bisa, penjagaan masih ketat sebab ada beberapa anggota ormas di sana,” kata Darto, salah seorang warga Yogya, seperti dilaporkan CNN Indonesia Minggu (17/6).
Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan personelnya masih akan terus menjaga dan memantau Asrama Kamasan I, Mahasiswa Papua sampai situasi dianggap aman.
“Polisi mengharapkan situasi kondusif. Kami menjaga agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebab mereka (para mahasiswa Papua) berencana menggelar unjuk rasa mendukung separatisme, Papua Merdeka, dan ada organisasi masyarakat yang tidak setuju,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda DIY, AKBP Any Pudjiastuti.
Menurut Veronika Koman, LBH Jakarta, ada 8 orang mahasiswa yang ditangkap aparat keamanan dan dibebaskan tengah malam, Jumat (15/7/2016). Mereka adalah Teruanus Aud, Obet Hisage, Adius Kudligagal, Demi Dabi, Ferdinan Tangi, Beneditus Tegei, Obby Kogoya, dan Debby Kogoya.
Obby Kogoya (20 th), yang mengalami pengejaran, pengeroyokan dan pemukulan dalam keadaan terborgol sebelum kemudian ditangkap, dikenakan pasal 212 jo 315 tentang melawan perintah pejabat, dengan status wajib lapor.
Laurenzus Kadepa, dari Komisi I DPR Papua, Jum’at (15/7/2016) mengecam tindakan aparat kemanan terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta. “Apakah itu kebijakan dari Kapolri baru dengan maksud untuk mematikan gerakan mahasiswa Papua yang sudah sar tentang perjuangan damai bersama pejuang pro demokrasi Indonesia?”
Dia menghimbau agar semua pihak mengambil langkah strategis sebelum korban semakin banyak jatuh.
Victor Yeimo, Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB), dalam pesan singkatnya ke redaksi Jubi Minggu (17/7) menyatakan bahwa tindakan aparat keamanan di Yogyakarta menunjukkan wajah Negara Kesatuan Republik Indonesia sendiri.
“Dengan menyebut kami ‘monyet’, sebenarnya wajah kegagalan ideologi NKRI lah yang sedang dipertontonkan. Haruskah atas nama NKRI kemanusiaan ditindak bagai binatang?” ujarnya.(*)

Stikom Muhammadiyah Jayapura Gelar Musorma Angkatan Ke-12

Jayapura, Jubi – Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom ) Muhammadiyah Jayapura, Badan Eksekutif Mahasiswa dan Majelis Musyawarah Mahasiswa (BEM-MPM) akademik 2014-2015, telah mengelar Musyawarah Mahasiswa (Musorma) angkatan ke-12 dan dibuka oleh  Ketua Sekolah Tinnggi Ilmu Komunikasi Stikom Muhamaiyah Papua, Syukri.
Dalam sambutannya Ketua Stikom Jayapura, Syukri S.Sos berharap kegiatan Musorma ini dapat berjalan dengan baik sehingga pengembagan organisasi kedepan harus bertolak dari kondisi objektif saat ini dan senantiasa harus dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran.
“Mengetahui keberhasilan yang pernah dicapai sehingga pada perkembangan di masa mendatang BEM Stikom tinggal menata dan menetapkan kembali apa yang dicapai dan lebih intensif mengarahkan pandangan ke masa depan,”  katanya pekan kemarin.
Kata dia, BEM Stikom adalah Badan atau instansi kepemimpinan tertinggi organisasi intra kampus yang berada dilingkungan Stikom Muhammadiyah Jayapura, harus senantiasa harus dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran.
“Nilai-nilai kebenaran baik dalam kehidupan berorganisasi maupun yang tercermin dalam pola pikir, sikap dan tindakan organisasi BEM Stikom, sehingga nilai-nilai kebenaran tidak hanya menjadi sumber inspirasi dan motivasi tetapi sekaligus menjadi tujuan yang diwujudkan,” katanya.
Sementara itu ketua Panitia Musorma BEM-MPM Stikom Angkatan ke-XII, Rusdi Wandik, mengatakan kegiatan Musorma tahun ini diharapkan membawa sesuatu yang baru sebagai organisasi mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Stikom Muhammadiyah Jayapura.
“Musorma ini diharapakan menjadi ajang mencari pemimpin yang dipilih sendiri mahasiswa Stikom Jayapura, BEM yang terpilih nanti diharapakan mampu memberikan sumbangan yang bvermanfaat bukan hanya untuk pengurus organisasi kampus namun sekaligus untuk mahasiswa, masyarakat, sesuai tri darama perguruan tinggi.” katanya.(Agus Pabika)

darakma pukle

11. Kalau ketemu keluarga jauh dan kamu dipeluk. Erat. Banget.

"Lah..."

12. Ketika kamu ketemu temen dan mereka berusaha buat cium pipi kamu.

Kamu gak pengen menyakiti perasaannya, tapi kamu juga gak pengen pipi mereka nempel di pipimu sendiri.

13. Ketika temanmu lagi bahagia setengah mati dan mereka meraih tanganmu dan mengayun-ayunkannya.

"Lo pikir tangan gue ayunan?"

14. Gendong bayi, dan kamu tahu gak sih kalau bayi itu suka banget masukin jari mereka ke lubang hidungmu kalau lagi digendong?

"Udah deh, gak jadi pegang bayinya..."

15. Gak sengaja nyentuh tangan sebelahmu dan mereka malah gandeng tanganmu.

"Aku gak benci sama kamu, aku cuma gak suka dipegang..."
Nah, apa kamu merasakan hal yang sama?